-->
author

sticky

close
Anti Kekerasan Dalam Pandangan Islam

Anti Kekerasan Dalam Pandangan Islam

Dua pertanyaan sekaligus diajukan kepada aktivis perdamaian di dunia Islam ketika mereka mempropagandakan perlawanan yang bersifat anti kekerasan: Apakah metode anti kekerasan memiliki porsi dominan dalam kerangka pemikiran Islam? Dan apakah filsafah (teori) dan pelaksanaan anti kekerasan sejalan dengan Islam sebagai agama?

Anti Kekerasan Dalam Pandangan Islam

Untuk memudahkan dalam memahami sejauh mana keharmonisan nilai-nilai dan filsafat Islam dengan anti kekerasan, sebaiknya terlebih dahulu kita menolak tuduhan miring yang mengatakan, anti kekerasan merupakan fenomena penyerahan diri (kekalahan) di mana seorang madlum atau korban pembantaian menanti nasib baiknya dari suratan takdir. Persepsi salah tentang anti kekerasan di dunia Arab seperti Khalid Qasythinni, Khalis Galbi, Gawdat Said dan Imam Mohammad Saerozi cenderung menggunakan istilah Jihad al-madani (Jihad Sipil) untuk menghindari sitilah al-la’unfi (anti kekerasan) yang terkadang dipahami sebagai sikap menyerah atau kepasifan. Padahal, anti kekerasan sebenarnya menyeru kepada penolakan yang pasti atas kekerasan dan menyeru ketekadbulatan menghadapi kezaliman melalui cara-cara tertentu dalam menentang hegemoni dan berbagai bentuk despotisme lainnya tanpa harus berbenturan fisik dengan pihak musuh. Hal ini telah dipraktikkan oleh bangsa Palestina ketika memilih metode perlawanan anti kekerasan secara langsung pada fase-fase pertama intifadhal (1987-1989) di mana mereka menolak penduduk/penjajah Israel dan melepaskan cengkeramannya dengan semangat tanpa menyerah.

Terdapat relasi harmonis antara cara-cara anti kekerasan dengan nilai-nilai dan filsafat Islam yang menyeru setiap Muslim untuk melawan despotisme dan tirani serta berusaha menegakkan keadilan dan kesabaran, melindungi kehormatan dan kemuliaan manusia, dengan pengorbanan yang tinggi walau nyawa sekalipun sebagai tebusannya. Agar nilai-nilai ini dapat diserap dan direfleksikan dengan baik maka pendekatan Islam terhadap anti kekerasan harus dikonsentrasikan kepada penolakan aktif terhadap kebatilan dan perlawanannya. Jika kita pahami bahwa Islam memang menekankan kewajiban untuk melawan kebatilan sekaligus menegakkan keadilan maka pertanyaan sebenarnya menjadi. “Mungkinkah anti kekerasan ini menjadi sarana efektif untuk melawan?”

Banyak contoh bisa dipaparkan di sini melalui penggalian sejarah Islam dan kerangka pemahaman Islam dalam menggunakan metode anti kekerasan. Bukti paling kuat dan konkrit adalah 13 tahun perjalanan dari perjuangan anti kekerasan dan perlawanan yang dilakukan Rasulullah SAW di Makkah, di mana Nabi dan pengikutnya di awal dakwah Islamiyah tidak pernah menggunakan aksi atau ekspresi kekerasan. Meski begitu kaum Muslimin juga tidak pasif dan menyerahkan diri mereka kepada suratan takdir, tetapi sebaliknya terus menyerukan dakwah Islam dan mengikuti seruan akidahnya dengan penuh semangat serta menghadapi non-Muslim saban hari.

Interpretasi atas pendekatan Islam terhadap anti kekerasan demikian ini bisa disanggah oleh mereka yang kontra dengan mengatakan bahwa kaum Muslimin telah terjun ke medan laga berkali-kali di kemudian hari dan memilih pedang atau persenjataan lainnya untuk membela diri. Maka, perlu diingatkan bahwa mereka menggunakan senjata atau terjun ke berbagai medan pertempuran atas dasar kesadaran penuh bahwa ajaran Islam bukan perang, untuk membunuh atau menumpas orang lain secara fisik, tetapi tujuannya adalah melindungi agama dan usaha pengejawantahan keadilan, melindungi jiwa-jiwa manusia dan mendapatkan syahadah di jalan Allah. Hal ini dapat dikuatkan oleh pernyataan dan ta’limat Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab (radhiyallahu ‘anhum) kepada para tentara Islam agar senantiasa berpegang teguh kepada seruan: “jangan membunuh orang lemah, atau wanita, atau anak-anak, atau binatang, dan jangan mencabut pohon!”

Jika kita cermati sejenak kondisi sistem persenjataan modern yang menggiring ke jurang kehancuran dan petaka besar meski dalam skup peperangan dalam limit wilayah tertentu, dapat kita ambil gambaran sebuah kekerasan bersenjata yang bertentangan dengan ajaran Islam tersebut di atas. Kondisi bangsa Palestina yang terus ditindas secara mental dan material mesih member peluang bagi mereka untuk bertahan dengan melawan tanpa kekerasan. Melalui diplomasi, dialog moral, kemanusiaan dan hukum, mereka berusaha menghentikan tangan-tangan keji yang menorehkan darah-darah suci hingga bersimbah tanah. Hati nurani dan fitrah manusia niscaya menyingkap tabir kebenaran dan kesucian ciptaan Tuhan. Pada gilirannya, persatuan bangsa dan keteguhannya dalam mempertahankan kehormatan negara dan agama akan menciutkan hati para musuh dan menghentikan langkah kebiadabannya.

Cara demikian ini bila dirancang secara matang dan diaplikasikan melalui organisasi dan koordinasi yang rapi akan mampu menggerakkan seluruh lapisan dan sektor sosial bangsa yang mengalami penderitaan penjajahan sekian lama. Selain itu, mampu membekali dengan power dan energi yang ekstra kuat dalam sanubari dan nalar para mujahid dan pejuang kemanusiaan daripada hanya sekadar keberanian meledakkan “bom-bom syahid”. Tidak hanya itu, cara-cara seperti ini juga akan mampu melucuti senjata pemusnah kemanusiaan di bumi Palestina dan kaum Muslimin seantero jagad, sekaligus mempropagandakan perlawanan damai kaum Muslimin yang lebih suci dan impresif.

Abdul Ghaffar Khan, pemimpin suku Boston yang dijebloskan ke penjara oleh Inggris lebih dari 15 tahun, mampu menggerakkan ribuan khadamullah (tentara Muslim) melalui baiat atas 10 poin penting: bersumpah setia untuk berkhidmat kepada Allah, berkorban dengan jiwa dan harta benda demi menjunjung kehormatan bangsa, menjauhkan diri dari sifat dengki, berpegang teguh  pada prinsip-prinsip anti kekerasan, tidak mencari harga diri dan balasan jasa dalam berjuang, dan mencari ridha Allah dalam segala tingkah laku dan perbuatan.

Sebagai pemimpin Muslim yang mumpuni dan memiliki totalitas jiwa pengorbanan ia telah meluncurkan bom anti kekerasan berhulu ledak tinggi: “Niscaya akan aku persembahkan kepada kamu sekalian sebuah senjata yang tidak sekali-kali tentara atau pasukan keamanan mampu menghalau atau menjinakkannya. Ia adalah senjata khusus Nabi, tetapi kamu tidak mengetahuinya. Senjata itu adalah kesabaran dan konsistensi (istiqomah). Tak ada kekuatan apa pun di muka bumi ini mampu menghadapinya.” Dan bangsa Palestina bisa mengikuti jejak serupa dalam mengemas ratusan ribu pasukan anti kekerasan daripada hanya sekedar menggantungkan kepada kelompok-kelompok kecil bersenjata atau individu-individu pelaku ‘bom-nom syahid’ saja. Kajian sosial dan kepemerintahan menunjukkan, upaya-upaya unjuk senjata atas nama pembebasan Palestina saat ini justru membawa bencana atas bangsa dan negaranya sendiri dan korban kian hari bertambah nyata. Tatkala strategi kekerasan senjata ini yang diterapkan bahkan sulit dijelaskan antara hal mana yang merupakan kekerasan yang diperbolehkan oleh agama dan mana yang dilarang. Khusu konflik internal bersenjata antar bangsa Palestina sendiri semakin melemahkan posisi tawar dan prestise mereka menghadapi common enemy. Sebaliknya musuh itulah yang menuai keuntungan. Padahal sebenarnya strategi anti kekerasan bisa menepis kekerasan internal itu sekaligus menambah kekuatan kepercayaan diri dalam menghadapi musuh bersama yang lebih nyata. Tidak kalah banyaknya doktrin dan nilai-nilai Islam yang menyerukan perlawanan anti kekerasan yang telah dibuktikan dalam sejarah dan tradisi umat Islam. Kita perlu pendukung sebanyak-banyaknya dalam menyusun strategi anti kekerasan secara metodologis dan mempropagandakan konsep perdamaian dan kedamaian Islam. Sangat urgen menyarakan lantang tentang filsafat anti kekerasan yang dikandung ajaran Islam dan mendukung upaya-upaya produktif dari gerakan anti kekerasan yang ditempuh oleh umat Islam secara local maupun internasional dalam menghadapi kedengkian, ketidakjujuran dan kesemena-menaan atas kaum Muslim sebagai fenomena umum internasional, dan akhirnya berpartisipasi aktif menuntaskan problematika bangsa Palestina yang telah setengah abad lebih dikungkung oleh penjajah Israel.

Previous
« Prev Post

adblock

Back Top